Selasa, 18 November 2014
Menulis, Sebuah Pembiasaan
Selamat siang pembaca!
Lama sekali tak jumpa dengan pembaca, bahkan sepanjang 2010, baru sekarang saya tergelitik untuk menulis (lagi). Entahlah, sebenarnya tiap kali buka-buka internet, pengen nulis di blog, walo sekedar corat-coret, setidaknya buat arsip yang relatif aman dari risiko kehilangan.
Ya, sepanjang 2010 ini, aktivitasku berubah total, dari mahasiswa tugas belajar menjadi kembali bertugas lagi. Perjalanan menuju dan dari kantor yang lumayan lama (sekitar 2 jam PP)cukup menguras tenaga dan pikiran (karena macet saat pulang,ato buru-buru karena kesiangan saat berangkat) membuat tak kuasa lagi untuk menyegarkan semangat menulis ketika sampai rumah. Akibatnya, kegiatan menulispun menjadi terasa berat, tak lagi nikmat. Jadi malu kalo membaca biografi mbak HTR ato AN misalnya yang menjadikan aktivitas menulis sebagai sarana refreshing yang bernilai dakwah. Ah...sungguh membahagiakan. Yah, semoga dengan pecahnya telor tulisan 2010 akan segera disambung dengan tulisan-tulisan lainnya.
Owning motorcycle: Is it necessary?
Owning a motorcycle is my necessity. I need it to make my mobility easier,
especially when i have several activities in different locations in a day.
Like on Saturday, i have to accompany my wife to go to the fresh market in the
morning. Then, i should teaching extra program in one of junior high school
before noon. After that, i usually have meeting agenda with my social community
after noon. With own motorcycle, my time is more manageable and i can be more punctual,
faster, and free from traffic jam.
Another reason why owning motorcycle is important is related to the cost. With
own motorcycle, the cost will be reduced, cheaper than if i use public
transport or pay for an ojek (public motorcycle). For example, ojek charge from
my home to the railway station is Rp20.000, while only Rp4.000 for parking if
i bring my own motorcycle. Furthermore, the cost of motorcycle maintenance is also not expensive,
only approximately Rp50.000 each three months. Thats why, owning motorcycle is very
beneficial for me.
Sabtu, 21 November 2009
PUTTING IT ALL TOGETHER
manajemen partisipasi:
- kebijakan pekerjaan tanpa PHK
tadi dikatakan akan mendorong semangat kerja. disisi lain tadi sdr firman menyatakan adanya kemajuan dalam mekanisme punishmen PNS. kok kontras?
-kelemahan: partisipasi yang berlebihan
jadi bagaimana mengantisipasinya?
selasa pekan lalu belajar materi kuliah MIPBK bersama Bp. Prayudi. dalam kesempatan tersebut kami sekelas berdiskusi tentang praktik-praktik good governance di negara-negara bagian USA. salah satu praktik yang lumayan sukses dijalani adalah konsep "putting it all together". nah, salah satu konsepnya adalah bagaimana pemerintah bisa melaksanakan akuntabilitas yang berfokus pada hasil.
dalam konteks di indonesia, salah satu contoh bagusnya adalah target output pendidikan kelulusan SMU/K dengan grade diatas 5.5. nah, menurut pembaca, apakah praktik seperti itu sudah menunjukkan perhatian kita (pemerintah) terhadap konsep akuntabilitas berorientasi pada hasil?
nah, diskusi yang cukup ramai juga terlihat dalam pembahasan mengenai perjalanan USA menuju new paradigm dalam pengelolaan negara. disana terlihat banyaknya sifat-sifat negarawan dibandingkan politikus. seolah merekat, tidak ada konflik-konflik akibat benturan kepentingan politik.
saya pikir kita dlm posisi spt 1960-1970 anomalies appear--> berlomba2 ke market base mirip dengan kondisi sekarang. nah, apakah tiap proses yang USA jalani harus kita jalani juga? gak bisakah kita belajar langsung menuju keberhasilan? langsung new paradigm gitu...
lalu, apakah pendidikan berhasil ditandai dengan diberikan pekerjaan setelah lulus???
untuk informasi lebih lanjut,silakan menghubungi Agus di 08569833132 atau asulistiyo@gmail.com
Langganan:
Postingan (Atom)